Dogiyai dalam Kepunahan | Ewawa Magazine

 


Masalah kepunahan ini memang tidak jauh dari masyarakat adat West Papua yang selalu saja jadi target oleh militer, Brimob dan police Indonesia di tanah Papua karena perlakuan mereka terhadap pemilik wilayah yang terlalu kelewatan. Hal ini sudah, masih dan akan terjadi di seluruh wilayah adat West Papua selagi orang Papua masih dalam genggaman NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Disini saya akan bahas beberapa hal yang akan meningkat jumlah penurunan jiwa-jiwa manusia di Papua khusus nya di Dogiyai.

Pertama adalah pembunuhan terhadap masyarakat adat yang terjadi terus-menerus tanpa bukti kesalahan dan perbuatan yang jelas oleh si korban. Jika kita bicara tentang penembakan dan pembunuhan, tentu harus punya sebab dan akibat atas perlakuan nya kenapa dia tertembak. Coba kita lihat contoh “Dogiyai Berdarah” tangal 13 dan 14, April  2011 apakah ada bukti yang jelas pembunuhan yang telah di lakukan oleh Brimob dan police di Dogiyai itu? Tidak ada fakta kesalahan dari korban yaitu: Domin Auwee dan Alowisius Waine. Mereka dua (2) ini adalah sangat jelas bahwa korban pembunuhan yang dilakukan oleh Brimob dan Police dengan sengaja tetapi kenapa tidak di adili pelakunya. Aneh nya adalah Pemerintah Indonesia juga membiarkan itu terjadi tanpa mengadili si pelaku penembak seakan - akan pemerintah juga mendukung pelaku yaitu police dan Brimob untuk membunuh orang Papua se-enak-enaknya. Perlakuan ini sedang berlangsung bukan hanya di Dogiyai saja tetapi juga seluruh wilaya Adat West Papua sejak 1961 hingga kini. Jika Pemerintah menganggap Papua juga bagian dari Indonesia kenapa hukum Indonesia itu tidak berlaku di wilayah West Papua? Jika ada masalah dengan orang asli Papua kenapa tidak bicara secara baik-baik dengan yang bersalah atau masuk kan dia ke penjara jika dia bersalah dari pada menghilangkan nyawa orang yang tak berdosa.

Kedua tabrak lari ini juga strategi Intel Indonesia yang selalu di lakukan di seluruh wilayah Papua untuk memusnahkan orang asli Papua. Jika saya melihat om saya yang telah mengalami hal ini di Dogiyai tahun 2022, sunguh hati ini sakit sekali perlakuan tidak manusiawi yang di lakukan oleh orang-orang pendatang terhadap orang asli Papua. Tujuan dari transmigrasi yang biasa di lakukan oleh Pemerintah Indonesia itu apakah untuk memusnakan kami orang Papua atau membangun dan mensejahtera kan orang asli Papua? Apa bila tujuan nya untuk membangun, jangan bunuh-bunuh masyarakat adat kasihan jangan anggap mereka itu bukan manusia dan se-enak nya di tembak orang Papua itu milik Tuhan.

Berikutnya senjata juga selalu pake sembarangan oleh TNI,Polri dan Brimob di daerah West Papua. Senjata inikan alat Negara yang tujuannya untuk perang kok pake untuk tembak masyarakat biasa si inikan aneh pandangan kami maupun orang luar Negeri untung saja journalist luar Negeri tidak di ijinkan untuk masuk ke West Papua territory. Apa bila journalist luar masuk ke Papua, berarti Kemerdekaan West Papua akan cepat karena Human Right Violence nya yang tinggi dan pasti saja PBB akan angkat bicara.  

Kemudian HIV/AIDS ini salah satu hal yang harus di perhatikan oleh seluruh anak-anak mudah Papua yang belum berkeluarga khusunya di wilaya Dogiyai. Hal ini akan terjadi pada siapapun dia yang pergaulan nya yang bebas dan ganti-ganti pasangan maka itu, para orang tua - orang tua harus jaga baik anak-anak yang umurnya di bawa 18 tahun baik itu dalam pergaulan dan aktifitas lain nya. Lebih baik bawa anak-anak ini ke Gereja untuk mendekati Tuhan dan lebih mengenal-Nya karena HIV/AIDS juga memusnahkan generasi mudah Papua jika bergabung dalam pergaulan bebas dan ganti-ganti pacar. Kamu yang sudah berkeluarga juga harus sadar dan setia pada istri anda kita orang Papua sedang punah semua perempuan itu sama yang beda hanya di wajah. Oleh sebab itu semua orang West Papua baik itu yang mudah maupun yang tua harus sadar dan hindari dari pergaulan bebas.

Tangapan saya sebagai anak mudah Papua khususnya di Dogiyai saya sedih sekali melihat saya punya orang-orang yang hidup dalam penderitaan yang tiada batasnya. Saya tangapi tentang “Dogiyai Berdarah” 13 July 2023 bahwa seharusnya mereka tangkap Yosua Keiya lalu bawa ke kantor police jika memang dia benar-benar mabuk tetapi malah di tembak mati ini perlakuan biadap. Saya melihat penangganan tugas Police, Brimob dan militer di West Papua territory kurang tidak sesuai dengan yang seharusnya mereka lakukan. Ini terjadi bukan hanya di Dogiyai saja namun di seluruh wilayah adat West Papua. Saya berharapa seluruh masyarakat Papua bersatu dan bersikap keras untuk melawan dan mengakhiri Tindakan-tindakan yang mereka lakukan terhadap kami orang Papua

Perhatian dari pusat terhadap orang orang asli Papua kurang sejak Papua bergabung ke NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) baik itu bidang Pendidikan, Pembangunan, Kesehatan, kesejahteraan rakyat dan saya tidak sebut ekonomi karena orang Papua hidup puas dengan hasil bumi yang Tuhan berikan. Saya melihat selama ini pandangan pusat bahwa kita kasi otsus uang miliaran tapi tidak maju-maju dan ini itu banyak sekali tetapi fakta di lapangan sangatlah berbeda tidak seperti dengan apa yang pusat memikirkan. Saya berharap tanggapan saya ini Pemerintah melihat dan membangun Papua dengan serius dan jujur jika di anggap Papua juga bagian dari Indonesia. Saya sebagai anak mudah Papua khususnya Dogiya bahwa TNI,Polri dan Brimob ingatlah hukuman di akhirat nanti setelah kalian mengakiri hidup kalian yang tiada ujung derita nya jika kalian terus menerus memusnahkan masyarakat Papua, maka pasti ada hukuman pula dari pemilik orang-orang Papua.

Kesimpulan nya jika kita orang Papua mau menyelamat kan generasi Papua, maka kita harus bersatu gunung maupun pantai dan bersikap keras terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia dan Hukum nya yang tidak berlaku di seluruh tanah West Papua yang ada hanyalah penyiksaan, pemerkosaan, pembunuhan, penembakan, diskriminalisai dan lain.


Terima kasih sudah kunjungi disini

Selamat Membaca Article ini

Alamat: Honai 22

USA08/15/2023

@melki-bobii

 


Comments

Papular Post

PUISI NDUGAMA - Puisi Papua | Ewawa Magazine

Lagu - Tangisan Desember - Melki Bobii | Ewawa Magazine

Puisi-Kebangkitan Tuhan Yesus - Puisi Papua | Ewawa Magazine

Aspirasi sang pejuang-Puisi Papua | Ewawa Magazine

A Poetry of Suffering | Ewawa Magazine

Lagu - Berbagai cara - By Melki Bobii | Ewawa Magazine

Nelson Mandela - Fight for Freedom - Essay | Ewawa Magazine

Darling Stay with Me | Ewawa Magazine

I Seat here in the Silence - Simple poetry | Ewawa Magazine

Puisi untuk Sang Pejuang - Puisi Papua